Bekas di sela jari hingga pertengahan sisi luar kaki tergambar dari tinta matahari yang panas di pulau ini.
Tak begitu terasa membakar, mungkin scenery-nya menghanyutkan mata melupakan perihnya sengatan benda raksasa panas itu.
12 hari telah kaki ini menempel di tanah Bali, berkeliling dari pasir, tanah, hingga keramik terasa di telapak kaki. Sendal tipis merah dengan garis hitam disisi tak menghalangi nikmat pijakan kaki di pulau ini.
Mata dengan lingkaran hitam bak panda seakan dibuka oleh pemandangan elok di seluruh spot. Tak ingin terlewatkan keindahan ciptaan Tuhan, benda tipis disebut kamera pun ikut berperan dalam perjalanan ini. Meski memorinya tak akan sanggup menangkap semua yang dirasakan mata, terkadang memang dokumentasi diperlukan untuk melihat kembali dimasa depan indahnya hari ini.
Betis yang kian terasa membengkak akibat dayung sepeda bukan halangan bagi seorang wanita yang ingin memanjakan mata bulatnya.
Lekukan pantai Pandawa yang dihiasi dengan kano warna warni bahkan membuat mulut menganga tak berhenti memuji Allah.
Bentangan luas pasir Kuta yang menarik menghisap kaki seakan tak memberi izin untuk bergerak keluar
Gerombolan layangan dan terpaan angin Sanur yang menyejukkan jiwa
Patung dengan berbagai ukiran dan ukuran berjejer rapi di pinggiran, taman, hingga di bukit tempat sang raksasa GWK berdiam
Kemegahan tatanan lampu" bak bintang berjejer rapi memberi cahaya pada gelombang arus di permukaan laut di Tol Bali Mandara
Pusat perbelanjaan dengan dominasi Barong dan Kain dengan ukiran tradisional Bali terlihat sekilas memanggil-manggil untuk dibawa pulang.
Banyak hal menakjubkan yang bahkan tak sanggup mulut tuk berkata
Hingga kini, yang bisa ku sebut adalah Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar