Rabu, 07 Januari 2015

Untukmu....

tumpukan-tumpukan kertas tersusun rapi di sudut kamar...
terlihat berdebu dan usang dimakan waktu...
tak mampu otak mengembalikan segala ingatan ilmu masa lalu yang di dapat mengharuskan tangan mengusap debu-debu untuk kembali bernostalgia dengan rangkaian-rangkaian kata yang tak asing ketika di baca...
mata hampir tak berkedip semenit, dahi berkerut mencoba mengerti kembali untuk mengurai kata demi kata yang mirip namun tak sejenis untuk pengertian yang berusaha dimunculkan oleh hasil jerih payah otak untuk mengolah..
sebait kata muncul dari seribu lembar kertas yang terbuka mebuat bahagia luar biasa untuk mengukir kata dalam lembaran-lembaran baru untuk ringkasan ilmu yang telah berlalu 3,5 tahun silam...

doa menjadi penopang kegigihan yang berkurang dimakan lelah..
semangat layaknya bala tentara yang memegang senjata dari setitik kerinduan dan keinginan yang bercampur menjadi bahan bakar yang membuat api berkobar begitu dahsyat hingga lelah, takut, hingga sakit pun tak terasa akibat panas yang membakar berjuang melawan keinginan hati untuk menyerah...
canda tawa, bahagia, marah, sedih, gelisah, takut, entah rasa apalagi yang belum pernah tergores di hati, telah ikut hilang terbakar kobaran semangat itu.

 3,5 tahun akhirnya rangkaian kata yang bercampur baur telah terukir di atas potongan lembaran-lembaran kertas yang tersusun rapi terbungkus kertas tebal berwarna kuning...
3,5 tahun berjuang menyusun selembar demi selembar untuk mendapatkan dua huruf tambahan di belakang nama...
3,5 tahun berkutat dengan lembaran-lembaran yang mengkerutkan otak setiap harinya...
keringat yang tercurahkan, lelah, bosan, malas, bersatu yang selalu mencoba merasut untuk berhenti bergerak, "tubuhmu tubuh manusia",,, memiliki kelemahan, banyak kelemahan..
kelemahan yang bangkit dari bisikan yang entah muncul darimana... hampir saja api itu mengecil karena bisikan itu...
aaaah! mereka tak mampu memadamkan api semangat itu... bisikanmu lemah kawan... sujud orang -orang itu membuatmu tak berarti di hadapan mata ini...
kan ku bawa padamu keringat lelah pikiranku yang tertampung dalam lembaran-lembaran yang terbungkus kertas tebal yang telah terlihat mengkilap, buktiku kepadamu bahwa aku bukan orang yang tepat kau jadikan hasutanmu...

kan ku banggakan ia pada dua orang yang berjasa memberikanku kesempatan untuk mengukir indah nama ini di halaman depan sampul itu...
kan ku jadikan ia motivasi untuk dua anak kecil yang sedang berada di jalan yang pernah ku lalui agar hasutanmu tak berarti lagi terganti oleh kertas-kertas ini...
kan ku jadikan ia bentuk terima kasihku untuk seorang teladanku yang berjuang melalaikan kebahagiaannya demi setumpuk kertas yang bukan miliknya ini...
kan ku jadikan bukti ke dunia bahwa aku bisa melalui yang tak semua orang bisa melalui dengan waktu yang singkat dan gelombang tinggi yang tiba-tiba muncul menggulung perasaan hingga tertutup kesedihan yang berlarut-larut karena kepergiannya...
Aku bisa Ayah...
Aku bisa Ibu...
ini kulakukan untuk membawamu ke kotak hitam nan berarti itu...
tempat kalian selalu menghadapkan wajah untuk meminta kesuksesanku kepadaNya...
bersabarlah Ibu...bersabarlah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar