hijablovers
Dream big, do bigger! Keep in touch everyday with Allah SWT
Kamis, 12 Mei 2016
“Take The Chance and Opportunity, Prepare For The Risk, And Make A Movement”
Jumat, 23 Oktober 2015
I am coming home, Pare-Luwuk
Teringat awal pertama kali mengangkat kaki terbang ke tempat ini. Ku rasakan beratnya meninggalkan tempat ternyamanku, bersama orang-orang ku tersayang.
23 Maret 2015, masih dengan waktu yang sama saat ku meninggalkan kamar coklat mudaku, terasa seakan hanya akan pergi ke kampus, dan kembali sore harinya. Kurasakan hatiku bergetar melihat luasnya lapangan persinggahan pesawat yang ku tumpangi, yang akhirnya membuatku tersadar, kini ku tak bisa seenaknya kembali.
Takut, khawatir, gelisah akan apa yang terjadi satu detik kemudian. Ku tetap mantapkan kakiku berjalan mencari wanita kecil berjilbab panjang yang mengarahkanku ke tempat yang kini juga ku sebut "rumah".
Seminggu berlalu berlalu, tak kurasakan keinginan kembali atau pun untuk berlama-lama disini. 2 minggu berlalu, 3 minggu berlalu, hatiku goyah ingin suasana rumahku kembali.Dukungan mereka, keluargaku, membekukan niatku kembali hingga ku mampu menjalani 2 bulan di tempat ini. Kebahahagiaan, kesedihan, kebersamaan, dan kesendirian silih berganti. Satu atap dengan orang yang terus berganti dan selalu ditinggalkan setiap bulannya membuatku tak lagi mengerti arti perpisahan.
Hari terus berganti, kerinduan akan kampung halaman tak terasa lagi hingga saat itu aku harus berbaring sendirian di kamar rumah sakit. Ibu, dan mereka berharap ku segera membaik dan segera pulang, dan aku pun demikian. Namun, setelah sembuh, seakan niat yang masih membeku itu masih tersimpan rapi dalam hati yang dingin, ku lanjutkan perjalananku menggapai mimpi.
Belum kembali untuk bersujud di bawah kaki ibu, ku habiskan 'lebaran'ku di Bali bersama keluarga papa disana. Walau tak dapat menutup kerinduanku akan wajah ibu, kakak, adik-adik, dan menjenguk tempat papa, aku terus tersenyum dan berusaha mengumpulkan semangatku mengejar kebahagiaan untuk mereka.
Tak terasa ternyata aku telah meninggalkan rumah 5 bulan lamanya. Tak terhitung lagi panggilan telepon dari ibu, kakak, dan keluarga untuk bertanya "kapan pulang ke rumah, nak? Kapan selesai belajarnya?". Sedihnya tak terukur hingga bahkan lututku pun bergetar tiap pertanyaan itu ku dengar, seperti panas yang mencoba cairkan niatku disini.
10 September 2015, terlihat titik terang dari kejauhan yang menandadakan penjuanganku semakin dekat. Betapa besarnya Kuasa Allah, aku bahkan tak sanggup berkedip. Harapan besarku terjamah sedikit demi sedikit. Hatiku semakin kuat untuk tinggal disini, menunggu keajaiban Allah sembari mengabdikan diriku di tempat yang kini kusebut "rumah hijauku", sekolahku, tempat beribadahku.
Singkat terasa, kini ku harus kembali ke rumahku, tempatku mulai mengumpulkan mimpi-mimpi itu yang kini sebagian telah diwujudkan di rumahku yang lainnya. Aku memang harus pulang, pulang mengenang bagaimana mimpi-mimpi itu tercipta dan tersimpan rapi di dalam lemari besar yang ku sebut hati dan cinta.
Namun, bahagiaku bercampur aduk bersama keinginanku yang kini tak ingin melepas dan meninggalkan tempat ini.
Ditempat ini, dengan barang-barangku yang telah siap berangkat, ku kumpulkan dan bekukan lagi niatku kembali ke kampung halamanku. Ku coba dengan menbayangkan udara segar dan sejuk kampung halamanku. Namun, tempat yang bahkan membuat nafasku sesak berkali-kali ini, seakan menarik pikiranku kembali untuk diam dan terus terpaku di tempat ini.
But I would if I could.
I have to go home, I have to see my family, I need to be there, again.
I come back not to give up on my dream.
I come back to take the way to reach my dreams because that is one of the way to be passed through...
I am coming home
I am coming Gorontalo
I am coming Luwuk
But I wont say "Bye" to this new-home place.
Test-English School, Pare, Kediri
23 Oktober 2015
Tresya F Naue
Minggu, 19 Juli 2015
My Short Journey
Bekas di sela jari hingga pertengahan sisi luar kaki tergambar dari tinta matahari yang panas di pulau ini.
Tak begitu terasa membakar, mungkin scenery-nya menghanyutkan mata melupakan perihnya sengatan benda raksasa panas itu.
12 hari telah kaki ini menempel di tanah Bali, berkeliling dari pasir, tanah, hingga keramik terasa di telapak kaki. Sendal tipis merah dengan garis hitam disisi tak menghalangi nikmat pijakan kaki di pulau ini.
Mata dengan lingkaran hitam bak panda seakan dibuka oleh pemandangan elok di seluruh spot. Tak ingin terlewatkan keindahan ciptaan Tuhan, benda tipis disebut kamera pun ikut berperan dalam perjalanan ini. Meski memorinya tak akan sanggup menangkap semua yang dirasakan mata, terkadang memang dokumentasi diperlukan untuk melihat kembali dimasa depan indahnya hari ini.
Betis yang kian terasa membengkak akibat dayung sepeda bukan halangan bagi seorang wanita yang ingin memanjakan mata bulatnya.
Lekukan pantai Pandawa yang dihiasi dengan kano warna warni bahkan membuat mulut menganga tak berhenti memuji Allah.
Bentangan luas pasir Kuta yang menarik menghisap kaki seakan tak memberi izin untuk bergerak keluar
Gerombolan layangan dan terpaan angin Sanur yang menyejukkan jiwa
Patung dengan berbagai ukiran dan ukuran berjejer rapi di pinggiran, taman, hingga di bukit tempat sang raksasa GWK berdiam
Kemegahan tatanan lampu" bak bintang berjejer rapi memberi cahaya pada gelombang arus di permukaan laut di Tol Bali Mandara
Pusat perbelanjaan dengan dominasi Barong dan Kain dengan ukiran tradisional Bali terlihat sekilas memanggil-manggil untuk dibawa pulang.
Banyak hal menakjubkan yang bahkan tak sanggup mulut tuk berkata
Hingga kini, yang bisa ku sebut adalah Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar...
Jumat, 05 Juni 2015
Honesty
Important Skill to be Success
Selasa, 28 April 2015
Alexander The Great
This quote was given to Alexander by his mother, Olympias, for his mother wanted to let him know and taught him well.
She believed that Alexander was a son of Zeus and wanted him to be a great king. Since he was still young, his mother always counselled him that 'people were like snake, you can love them for years, feed them, nurture them, but still, they can turn on you'. His mother wanted him to be an independent man as he grew up and not too believe on someone even they were so close, because she was afraid that Alexander would be hurted by people and let down because of that, A king should not be like that, a king should be strong and assertive.
But when he was getting older, he did not give notice about his mother's words. He did believed in some of his friends. But then, he found out that his right hand person wanted to kill him by giving a poison in his beverage, but before he drank that beverage, the waiter told him about the poison. He was really angry about that and he argued with the man who wanted to kill him, the man who always took care of him since his father died and became a king. Because of his anger, he stabbed him unintentionally and repented it. Then, he remembered his mother's words, that was true.
His bestfriend and his mistress tried to calm him by giving him advice that he was a great king and his place needed him. Then, he got back his strength and became wiser than before. After that, he always remebered all of his mother's advice when he got problems, but sometimes, he did not do some of his mother's advice because he thought that his mother was not always right in all things.
Alexander The Great
Sabtu, 21 Maret 2015
Kenyataan dihadapi, bukan di pasrahkan
Mendekati hari H yang menyisakan 2hari sebelum aku harus berangkat memulai langkah pertamaku menggapai cita-cita
Kadang semangat kadang pula redup
Hampir aku menyerah dengan keadaan
Mungkin karna ketidaksabaranku
"Mungkin aku bukan orang yang mampu seperti apa yang aku inginkan.. Mungkin jalan hidupku tak setinggi yang aku impikan, mungkin jalan hidupku berbeda dengan yang aku rencanakan"
Sempat bercampur aduk di pikiranku, berusaha menerima kenyataan,
Namun aku masih memiliki sebongkah harapan di hati yang sulit untukku hapuskan
Selalu kusisipkan harapan itu ke dalam doa
Selalu ku minta padaNya walau hal yang ku pikir aku tak bisa
Hari ini kakak tersayangku tak memberiku sedikitpun ucapan yang dapat membangkitkan atau meluluhkan semangatku
Tak ada kabarnya sejak semalam, membuatku khawatir.. Khawatir padanya.. Khawatir pada masa depanku..
Aku pasrah pada Tuhan dengan tetap berharap..
Aku hanya ingin kakakku baik" saja..
Bercampur pikiranku menjadi hal-hal negatif menyedihkan akan saudaraku tersayang
Hal yang tak biasa dy lakukan membuatku semakin khawatir akan keberadaannya
"Tuhan, aku serahkan masa depanku padaMu
Tapi selamatkanlah kakakku lindungi dia dimanapun"
Gelisah menggerogoti hati
Hingga tiba pesan "sy di rmh sini"
Aah.. Lega rasanya
Segera aku menemuinya
Membicarakan segala hal yang aku butuhkan bersamanya dan keluargaku yang begitu peduli padaku, syukurku tak henti memiliki mereka, mereka yang rela membantuku melangkahkan kakiku untuk menggapai cita-cita..
Allah memberiku yang aku pinta
Allah mengizinkanku memulai langkah kakiku
Syukurku tak mampu ku utarakan dengan kata-kata
Tak ingin mengecewakan mereka
Aku harus bersungguh-sungguh
Aku belajar lagi hari ini
Tuhan tunjukkan aku bahwa pintu akan terbuka di titik ini, di saat aku hampir menyerah. kadang orang memang tak tau,, ketika dia ternyata hampir menyentuh pintunya, namun dia memilih berbalik karna berpikir tak lagi mampu.
Aku belajar bahwa kenyataan bukan di pasrahkan, tapi dihadapi ...